Rabu, 25 Februari 2009

Mengejar Mimpi Di Sungai Asahan


Arung Jeram Sungai Asahan


Setelah Sungai Zambesi di Afrika dan Sungai Colorado di Amerika Serikat, peringkat ketiga jeram terbaik di dunia ditempati Sungai Asahan di Sumatera Utara. Tingkat kesulitan, tantangan, dan keindahan alam yang masih liar menjadi daya tarik tersendiri bagi para petualang dan penggemar kegiatan luar ruangan.


Di sungai itulah para pengarung jeram menjajal kemampuan mereka. Di situ pula mereka membuktikan diri sebagai pengarung sejati.

Beberapa waktu yang lalu, 12 tim dari berbagai kota di Indonesia berlaga dalam Kejuaraan Nasional Arung Jeram 2006 di Desa Tangga, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan, tersebut. Tim NOARS dari Jawa Timur yang keluar sebagai pemenang mengakui, jeram Sungai Asahan merupakan obsesi para pengarung jeram di Indonesia maupun dunia. "Tidak salah jika Sungai Asahan dikatakan sebagai jeram terbaik di Indonesia. Arusnya dahsyat. Benar-benar menantang," kata Dwi NA, dari NOARS.

Binar matanya memancarkan kepuasan. Ini merupakan pengalaman pertama timnya mengarungi jeram Sungai Asahan. Jauh-jauh datang dari Surabaya, Jawa Timur, mereka memang bertekad mewujudkan mimpi menjadi yang terbaik saat berlaga di daerah itu.

Sirene

Sungai Asahan berhulu di Danau Toba dan bermuara di Tanjung Balai. Temperatur air sungai itu 21-24 derajat Celsius. Kecepatan airnya mencapai 120 meter kubik per detik, dengan kedalaman rata-rata 5 meter. Debit air itu bisa diatur melalui pintu bendungan Sigura-gura. Pengaturan debit air itu menjamin keamanan penduduk yang tinggal di desa-desa di bawahnya.

Jika air dari bendungan akan dilepaskan, petugas di bendungan akan memberikan sinyal berupa sirene yang dipasang di beberapa titik di tepi sungai. Sirene itu terdengar hingga ke desa sehingga penduduk bisa waspada terhadap tambahan debit air yang besar.

Selain jeram yang terkenal ke berbagai penjuru dunia, alam sekitar Sungai Asahan pun menawarkan keindahan hutan tropis. Pohon-pohon tinggi menjulang dan sejauh mata memandang hanya hijau alam yang tampak. Beragam satwa liar, seperti harimau sumatera, kambing hutan, burung rangkong, dan siamang, pun masih cukup mudah ditemukan di hutan itu.

Dinding-dinding tebing yang menjulang setinggi lebih dari 200 meter di atas lembah Sungai Asahan dihiasi sejumlah air terjun. Tidak sekadar sebagai hiasan, dinding itu juga memungkinkan dijadikan arena panjat tebing.

Satu hal yang juga menarik adalah banyaknya batu-batu tua dan besar di kawasan tersebut. Batu-batu itu diperkirakan merupakan sisa ledakan vulkanis yang juga menyebabkan pembentukan Danau Toba pada puluhan juta tahun silam.

Menurut Ketua Harian Pengurus Daerah Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Sumatera Utara Yohannes Sembiring, Sungai Asahan memiliki tingkat kesulitan (grade) 4-5+ dari skala 1-6. Para pengarung jeram dari luar negeri banyak datang ke lokasi itu untuk membuktikan tingkat kesulitan tersebut.

"Kami menyelenggarakan tiga kali kejuaraan arung jeram internasional di Sungai Asahan, yakni pada tahun 2000, 2001, dan 2003. Para peserta berasal dari Selandia Baru, Kanada, Perancis, Italia, Thailand, Australia, Polandia, Amerika Serikat, dan Inggris. Hampir semua peserta yang rata-rata adalah pengarung jeram kelas dunia mengakui, Sungai Asahan sangat luar biasa," kata Yohannes memuji daerah wisata itu.

Untuk kegiatan arung jeram, alur Sungai Asahan bisa diarungi sepanjang 22 kilometer dari Desa Tangga ke arah hilir di Bandar Pulau. Jalur arung jeram tersebut dibagi menjadi empat macam jalur.

Pertama, disebut Never-Ever-Ends yang berawal dari dekat pintu Bendungan Sigura-gura, sejauh 3,5 kilometer (km) sampai Jembatan Parhitean yang merupakan jembatan peninggalan masa kolonial Belanda.

Dinamai never-ever-ends karena jeram di jalur tersebut seolah tidak terputus, dengan tingkat kesulitan 4-5, yang bahkan tidak memberi kesempatan menghela napas. Hanya pengarung jeram berpengalaman yang mungkin melalui jalur kawasan ini.

Jalur kedua adalah Hula-Huli Run. Jalur sepanjang 2,5 km ini bermula dari Jembatan Parhitean dan berakhir di Desa Hula-Huli. Tingkat kesulitan jeram 3-4. Ada banyak jeram dan lubang patahan sungai di sini, tetapi masih tergolong mudah dilewati.

Selanjutnya, jalur Middle Section dengan jeram-jeram yang juga dianggap sulit dilalui. Bahkan ada jeram yang disebut Nightmare (mimpi buruk), yang tingkat kesulitannya mencapai 5+. Pengarung jeram berpengalaman sekalipun harus berpikir ulang saat melewati jeram ini.

Jalur terakhir, Halim Run, tergolong paling aman dan mudah. Jalur ini juga merupakan jalur wisata arung jeram. Pengarungan untuk jalur ini bisa berlangsung selama 3,5 jam dengan pemandangan tebing-tebing sungai. Arus yang tenang memungkinkan pengarung jeram menikmati pemandangan di sekitarnya. Perjalanan berakhir di Bandar Pulau.

"Selain untuk melatih atlet-atlet arung jeram, Sungai Asahan sangat memungkinkan untuk pengembangan ekowisata dengan dukungan kegiatan luar ruangan lainnya," kata Yohannes lagi.

Baru dikenal

Kepala Desa Tangga Rudin Panjaitan menuturkan, arung jeram di Sungai Asahan marak setelah diselenggarakan kejuaraan internasional pada tahun 2000. Sebelumnya, hanya beberapa turis asing yang datang dan mengarungi sungai itu. "Biasanya mereka membawa pemandu dari luar. Warga desa belum banyak mengenal arung jeram seperti itu," katanya.

Saat ini, lanjut Panjaitan, sudah banyak warga desa terutama anak-anak muda yang mulai belajar arung jeram. Harapannya, mereka bisa menjadi pemandu para peminat arung jeram.

Sayangnya, karena belum dipersiapkan sebagai tempat tujuan wisata, di sana belum bisa ditemukan tempat-tempat peristirahatan atau pondok-pondok wisata untuk menginap. Biasanya, mereka yang datang untuk berarung jeram menginap di rumah warga desa.

Lokasi arung jeram itu bisa melalui dua jalur. Dari Medan, pengunjung bisa menuju Kisaran, ibu kota Kabupaten Asahan, dengan kereta api atau kendaraan umum melalui jalan lintas timur Sumatera selama tiga jam. Dari Kisaran bisa naik kendaraan umum ke Bandar Pulau, dilanjutkan dengan menggunakan angkutan pedesaan ke Tangga atau Parhitean. Jarak dari Kisaran sekitar 90 kilometer, tetapi kondisi jalan banyak yang rusak sehingga memakan waktu lebih dari 3,5 jam.

Jalur kedua, dari Medan ke Porsea di Kabupaten Toba Samosir melalui jalan lintas tengah Sumatera. Pengunjung bisa melihat Danau Toba dari dekat jika melalui jalur ini. Jaraknya sekitar 200 kilometer. Meski demikian, jarak itu bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum selama 4-5 jam. Dari Porsea, pengguna kendaraan umum bisa melanjutkan perjalanan dengan angkutan desa, yakni ke Desa Tangga atau Parhitean sejauh 35 kilometer selama lebih kurang 1,5 jam.

Meski perjalanan tergolong panjang, segala kelelahan biasanya terobati setelah melihat keelokan jeram Sungai Asahan. Selain itu, kesegaran alam pedesaan dan keramahan warga membuat pengunjung bak berpetualang ke dunia lain, yang jauh dari hiruk-pikuk suasana kota. Bagi pencinta arung jeram, tampaknya inilah tempat mengejar mimpi dan obsesi untuk menjadi pengarung jeram kelas dunia.


Sumber: Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar